Sunday, February 3, 2008

Balikpapan, 1 November 1983

Pagi itu kami berbaris menuju pinggir jalan raya yang tak jauh dari sekolah. Dalam seragam putih & merah, anak-anak SD yang ceria ini kemudian berjajar di kedua sisi jalan. Rombongan tamu agung akan tiba dari Jakarta. Berbagai lapisan masyarakat tumplek di pinggir jalan, bergabung dengan murid-murid dari berbagai sekolah yang memegang bendera merah putih kecil dari kertas minyak. Aku dan teman-teman sangat bersemangat mengikuti acara ini. Akhirnya kami akan dapat sekilas melihat Bapak Presiden Soeharto yang datang untuk meresmikan kilang minyak Balikpapan.

Kedatangan rombongan Presiden sudah menjadi bahan pembicaraan yang menarik sejak berminggu-minggu sebelumnya. Aku sendiri belum pernah melihat langsung bapak Presiden, selama ini hanya dapat menyaksikan melalui layar kaca TVRI. Tak hanya aku, teman-teman dan guru-guru di sekolah juga merasakan gairah yang sama. Bahkan seorang guru membahas posisi iring-iringan mobil dan pengawalan yang akan menyertai kedatangan sang kepala negara. Karena orangtuaku termasuk dalam panitia kedatangan Presiden, maka mobil dinas ayahku juga ditempeli stiker khusus (bergambar huruf P besar) sebagai ijin masuk ke lokasi acara. Acaranya sendiri akan dilakukan di Banua Patra (semacam community hall) sebagai tempat makan siang dan di lokasi kilang minyak untuk acara peresmian.

Penjagaan ketat dilakukan dimana-mana. Arus lalu lintas dialihkan. Polisi-polisi dengan sepeda motor patroli besar mondar mandir mengatur massa yang menyemut dipinggir jalan. Beberapa polisi bahkan ber"atraksi" dengan motornya berjalan zig-zag atau jalan tanpa memegang setang motor, pura-pura menyuruh massa menepi dengan kedua tangannya. Akhirnya rombongan Presiden pun datang. Di awali dengan berbagai voor rijder, mobil pengawal, mobil pejabat, kemudian ... Indonesia 1 pun lewat. Kemeriahan pecah. Bendera-bendera kecil dilambai-lambaikan dengan bersemangat. Walau hanya sekilas (bahkan aku hanya sempat melihat ibu Tien dibalik kaca mobil) namun kehadiran rombongan Presiden telah menjadi selingan yang
menarik selama aku bersekolah SD di Balikpapan.

Kejutan berikutnya muncul ketika aku pulang sekolah hari itu. Ternyata di rumah telah menanti
makanan-makanan lezat sisa acara yang dibagikan kepada panitia.

No comments: