Friday, March 28, 2008

Put Big Stone First

Posting ini saya ambil dari e-mail yang diforward oleh seorang sahabat.

Suatu hari, seorang ahli 'Management Waktu' berbicara di depan sekelompok mahasiswa bisnis, dan ia memakai ilustrasi yg tidak akan dengan mudah dilupakan oleh para siswanya.

Ketika dia berdiri dihadapan siswanya dia berkata:
"Baiklah, sekarang waktunya kuis!"

Kemudian dia mengeluarkan toples berukuran galon yg bermulut cukup lebar, dan meletakkannya di atas meja. Lalu ia juga mengeluarkan sekitar selusin batu berukuran segenggam tangan dan meletakkan dengan hati-hati batu-batu itu kedalam toples.

Ketika batu itu memenuhi toples sampai ke ujung atas dan tidak ada batu lagi yg muat untuk masuk ke dalamnya, dia bertanya:
"Apakah toples ini sudah penuh?"Semua siswanya serentak menjawab, "Sudah!"

Kemudian dia berkata, "Benarkah?"

Dia lalu meraih dari bawah meja sekeranjang kerikil. Lalu dia memasukkan kerikil-kerikil itu ke dalam toples sambil sedikit mengguncang-guncangkannya, sehingga kerikil itu mendapat tempat di antara celah-celah batu-batu itu. Lalu ia bertanya kepada siswanya sekali lagi:" Apakah toples ini sudah penuh?"
Kali ini para siswanya hanya tertegun, "Mungkin belum!", salah satu dari siswanya menjawab.

"Bagus!" jawabnya.

Kembali dia meraih kebawah meja dan mengeluarkan sekeranjang pasir.
Dia mulai memasukkan pasir itu ke dalam toples, dan pasir itu dengan mudah langsung memenuhi ruang-ruang kosong di antara kerikil dan bebatuan. Sekali lagi dia bertanya, "Apakah toples ini sudah penuh?"
"Belum!" serentak para siswanya menjawab.

Sekali lagi dia berkata, "Bagus!"
Lalu ia mengambil sebotol air dan mulai menyiramkan air ke dalam toples, sampai toplesitu terisi penuh hingga ke ujung atas. Lalu si Ahli Manajemen Waktu ini memandang kepada para siswanya dan bertanya: "Apakah maksud dari ilustrasi ini?"

Seorang siswanya yg antusias langsung menjawab,"Maksudnya, betapapun penuhnya jadwalmu, jika kamu berusaha kamu masih dapat menyisipkan jadwal lain kedalamnya!"

"Bukan!", jawab si ahli, "Bukan itu maksudnya.Sebenarnya ilustrasi ini mengajarkan kita bahwa :JIKA BUKAN BATU BESAR YANG PERTAMA KALI KAMU MASUKKAN,MAKA KAMU TIDAK AKAN PERNAH DAPAT MEMASUKKAN BATU BESARITU KE DALAM TOPLES TERSEBUT.

"Apakah batu-batu besar dalam hidupmu?Mungkin 'masa depan', anak-ankmu, suami/istrimu, orang-orang yg kamu sayangi,persahabatanmu, kesehatanmu, mimpi-mimpimu. Hal-hal yg kamu anggap paling berharga dalam hidupmu".

Ingatlah untuk selalu meletakkan batu-batu besar tersebut sebagai yg pertama, atau kamu tidak akan pernah punya waktu untuk memperhatikannya.

Jika kamu mendahulukan hal-hal yang kecil dalam prioritas waktumu, maka kamu hanya memenuhi hidupmu dengan hal-hal yang kecil, kamu tidak akan punya waktu untuk melakukan hal yang besar dan berharga dalam hidupmu".

Taksi Bandara

Kalau saya bepergian dengan pesawat terbang, salah satu hal menarik yang sering saya perhatikan adalah sistem "per-taksi-an" dan kelakuan sopir taksi di bandara tersebut.

Kalau ke bandara Juanda Surabaya, sistem taksinya resmi pakai borongan. Kita tinggal ke counter taksi resmi bandara, membayar tarif sesuai radius tujuan kita, dan naik ke taksi. Selesai. Ini sistem yang praktis dan terus terang saya paling suka yang seperti ini. Tidak ada biaya tambahan lain-lain (tol, parkir, dsb) dan si supir taksi juga nggak pernah macam-macam untuk menambah mahal ongkos. Taksinya juga seragam (hanya ada satu merk) jadi kualitasnya hampir sama semua.

Beberapa bandara lain juga pakai sistem yang sama, hanya kadang-kadang supir taksinya suka pilih-pilih penumpang yang radius tujuannya jauh. Atau kita suka di "cegat" sama sopir taksi non bandara atau taksi gelap yang juga "diijinkan" masuk bandara.

Beda lagi dengan beberapa bandara di Eropa dan Asia yang pernah saya kunjungi. Penumpang yang akan menggunakan taksi akan antri di sebuah taxi line dan kita akan mendapatkan taksi sesuai urutan antrian, apapun merk taksi tersebut. Jika di negara maju, hal ini tidak menjadi masalah karena kualitas dan pelayanan taksi hampir sama bagusnya.

Bagaimana di bandara Soekarno-Hatta ? Di bandara internasional yang menjadi pintu gerbang negara Republik Indonesia ini, sistem yang dipakai adalah "freedom to choose". Artinya para calon penumpang bebas memilih naik taksi A, taksi B, atau taksi C tanpa harus antri hanya di satu taxi line. Ada kira-kira 10 - 15 taxi line yang dibedakan menurut merk-nya. Sekarang yang menjadi masalah (paling tidak menurut saya) hanya ada 1 sampai 3 merk taksi saja yang cukup baik. Yang lainnya kurang baik (pelayanan, kondisi taksi, supir ugal-ugalan, sengaja muter-muter biar argometer nambah, dst). Akibatnya taksi-taksi baik tersebut selalu habis diserbu penumpang sehingga mau tidak mau kita harus "gambling" naik taksi yang kurang baik. Atau terpaksa naik taksi gelap / omprengan bahkan ojek yang serabutan mencari penumpang di bandara. Alternatif lain adalah naik bis Damri atau menyewa mobil yang lebih mahal.

Anyway, saran saya sebaiknya :
1. Hanya taksi-taksi baik saja yang dipertahankan di bandara.
2. Tidak ada salahnya memakai sistem borongan resmi, dari sisi pelanggan lebih ada kepastian harga dan sopir taksi tidak punya alasan untuk muter-muter supaya argo lebih mahal / minta ongkos tambahan diluar argometer.
3. Maksimalkan moda transportasi yang lain seperti bis (di negara lain, pelayanan bis-nya bisa jauh lebih baik), kereta api / MRT, dll.
4. Sebaiknya tidak perlu ada diskriminasi antara kendaraan pejabat dengan kendaraan pribadi non-pejabat dalam hal parkir / berhenti di sisi bandara (ini sih saran tambahan saja, agak nggak sreg lihat kendaraan-kendaraan pejabat boleh parkir di daerah yang terlarang untuk kendaraan lain).
5. Sepertinya nih, sudah waktunya kita punya bandara baru sebagai pintu masuk Jakarta. Bandara yang sekarang sudah terlalu ramai, fasilitasnya sudah tua / jelek, dan sangat ketinggalan dibandingkan (nggak usah jauh-jauh) bandara utama Malaysia atau Singapura. Ini sih nggak ada hubungannya sama judul di atas, tapi hanya tambahan saja seperti saran no. 4 juga.

Wednesday, March 26, 2008

Teleskop Baru

Hari ini aku membeli sebuah teleskop baru, sebuah Celestron model AstroMaster 130EQ dengan aperture 5 inchi. Kebetulan salah satu hobiku adalah mengamati bintang, rasi bintang, dan planet di langit malam.

Untuk check harga teleskop atau peralatan astronomi & astrofotografi lainnya bisa dilihat di http://www.prominencescope.com/