Thursday, August 18, 2011

Hati-hati Membeli Kamera Digital

Kali ini saya ingin berbagi cerita mengenai beberapa pengalaman membeli kamera digital. Saya sudah beberapa kali membeli kamera digital, baik untuk dipakai sendiri, hadiah, maupun titipan teman.
Pengalaman pertama adalah waktu membeli kamera digital disebuah pertokoan di Singapura sekitar 10 tahun yang lalu. Waktu itu kamera digital masih barang baru dan belum terlalu memasyarakat. Kamera yang saya incar waktu itu adalah sebuah Canon type otomatis/pocket. Harga pasaran sudah disurvey dulu dari beberapa iklan di surat kabar. Di Singapura, saya masuk ke sebuah toko kamera (katakanlah toko A) di daerah Orchad Road. Ketika menanyakan harga kamera tersebut, cukup surprise karena harga yang ditawarkan cukup murah, selisihnya sampai 300 ribu dari harga pasaran. Setelah harga disepakati, kartu kredit pun digesek untuk pembayaran. Kemudian saya menunggu karena menurut si pedagang barang harus diambil dulu dari gudang. Sambil menunggu, si pedagang memberikan demo pemakaian kamera. Dia bercerita bahwa memory card bawaan Canon tersebut sangat kecil kapasitasnya. Kalau dipakai menyimpan foto, paling hanya sanggup menampung belasan foto saja. Dia akhirnya menawarkan memory card tambahan dengan harga hampir satu juta rupiah. Karena waktu itu tidak ada niat membeli memory card, maka tawarannya tidak langsung saya terima. Si pedagang dengan segala bujuk rayu berusaha meyakinkan saya untuk membeli memory tambahan itu. Iseng-iseng sambil menunggu kamera yang saya beli diambil dari gudang, saya kemudian berkeliling ke toko-toko lain karena ada barang lain yang hendak dibeli. Kebetulan ada beberapa toko kamera lagi disekitar tempat itu, dan masih sambil iseng-iseng saya menanyakan harga memory yang spec-nya sama dengan yang ditawarkan toko A tempat saya membeli kamera. Fantastis, ternyata harga memory itu di toko B dan toko C hanya beberapa ratus ribu rupiah saja. Selisihnya hampir 700 ribu rupiah dibanding harga toko A. Kalau dijumlahkan dengan harga kamera yang lebih murah 300 ribu maka total harganya masih 'kemahalan' 400 ribu. Karena itu saya memutuskan untuk tidak membeli memory dari toko A. Tetapi, setelah saya mengatakan hanya akan membeli kamera saja tanpa tambahan memory akhirnya si pedagang di toko A tidak jadi menjual kameranya kepada saya dengan alasan barang habis. Transaksi kartu kredit yang telah dilakukan pun lantas di-cancel. Akhirnya saya sadar bahwa si pedagang sebenarnya berniat tidak baik. Dia menawarkan kamera dengan harga murah tetapi menjual memory dengan harga sangat mahal sehingga total harga yang harus dibayar menjadi jauh di atas harga wajar.

Pengalaman kedua adalah ketika membeli sebuah kamera di Jakarta. Soal harga sebenarnya masih wajar, tetapi ketika kamera yang sudah dibeli diperhatikan dengan lebih seksama di rumah, sepertinya kamera tersebut tidak 100% baru. Ada sedikit bekas goresan di beberapa tempat. Tertipu ? Entahlah, saya hanya ragu barang yang saya beli adalah barang baru.

Pengalaman ketiga adalah ketika hendak membeli kamera A dengan harga pasaran waktu itu sekitar 6,5 jt rupiah. Ketika menanyakan ke sebuah toko (katakanlah namanya toko Wedhus) si pedagang buka harga di 6,3 jt rupiah. Setelah tawar menawar yang tidak begitu alot akhirnya disepakati harga kamera A adalah 6 jt rupiah plus tas kamera dan extra memory. Sepertinya sempurna sekali bukan ? Tapi tunggu dulu. Si pedagang kemudian menawarkan kamera lain, yaitu kamera B dengan harga 6,3 jt rupiah. Kamera B di-klaim 'sedikit lebih mahal tapi hasil fotonya lebih bagus, lensa tele lebih jauh, dst ... dst'. Kemudian 15 menit berikutnya dihabiskan oleh si pedagang dari toko Wedhus untuk memberikan demo betapa hebatnya kamera B. Setelah agak lama, akhirnya si penjual menurunkan harga kamera B sedikit disertai bujukan: harga hampir sama dengan kamera A tapi kualitas jauh di atas. Kalau ketemu klaim seperti ini, hati-hatilah. Perbandingan yang dilakukan mungkin tidak fair dan ada trik yang dilakukan sehingga kamera B terlihat lebih bagus. Lagipula kamera A adalah kamera DSLR sedangkan kamera B adalah kamera prosumer yang waktu itu saya tidak tahu harga pasarannya. Alarm di kepala saya langsung berbunyi dan saya tetap menjatuhkan pilihan ke kamera A. Setelah beberapa saat akhirnya pedagang toko Wedhus mengatakan bahwa kamera A tidak ada stok dan hanya ada yang didisplay saja. Akhirnya saya tidak jadi membeli dan pulang ke rumah. Di rumah saya coba search harga kamera B dibeberapa toko online. Dan ternyata harga kamera B tidak lebih dari 3,5 jt rupiah saja.

Beberapa saran bagi yang akan membeli kamera digital:
1. Belilah di toko yang terpercaya. Cari referensi dari orang lain mengenai toko yang baik.
2. Lakukan riset harga sebelum membeli. Jangan membeli kamera yang kita tidak tahu harga pasarannya. Usahakan membawa HP yang bisa browsing, sehingga ketika kita diberi penawaran bisa check harga di Google dengan keyword: "harga kamera aaaa". Beberapa toko online yang bisa dijadikan referensi harga misalnya: JPC Kemang, oktagon.co.id, tokocamzone.com, dsb. Kalau ada waktu bisa juga mencari tahu dari group atau milis fotografi.
3. Di internet banyak postingan pengalaman orang-orang yang tertipu ketika membeli kamera. Biasanya disebutkan juga nama toko-toko yang melakukan penipuan tersebut. Sebaiknya hindari toko-toko ini.